KBA Pantai Cermin Kanan, Berserinya Perempuan Penganyam Pandan

#SakinahMenulis-Siang terik, satu per satu perahu kecil tampak melaju ke tengah pantai. Perahu motor yang berisi tak lebih dari dua penumpang sekaligus pengemudi itu menyusuri derasnya ombak yang telah diarungi berpuluh tahun. Terlihat dari kejauhan, seorang pria tampak menarik jala sedangkan pria satunya menopang perahu agar tidak terlungkup dibolak-balik angin dan air pasang. Saat jala berisi ikan, gurita, udang, dan kepiting, ditarik naik ke dek perahu, dua pria itu akan bergegas menuangkan hasil tangkapan ke dalam peti. Peti berwarna biru dengan bentuk kotak besar yang menjadi periuk keluarga mereka sehari-hari.
 
Pantai Cermin, tepatnya di Desa Pantai Cermin Kanan, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai, provinsi Sumatera Utara, merupakan daerah pesisir yang terkenal dengan keindahan pantai dan hasil lautnya. Bapak Zul Heri yang juga dikenal sebagai bagian dari Kelompok Nelayan Pantai Cermin Kanan, menyebut, dahulu di desanya rata-rata penduduknya mencari nafkah dengan menjadi nelayan. "Kalau dulu, ya. Rata-rata di sini kalau anak laki-laki sudah lajang sikit (sudah mulai dewasa) langsung ikut bapaknya ke laut. Karena tak ada pilihan lain, kita tahunya cari nafkah ya hanya ke laut saja. Kalau sekarang kan sudah pada sekolah, jadi punya pilihan," ungkapnya.
 
Perahu Nelayan Sandar di Tangkahan
Pak Zul menuturkan, hasil tangkapan para nelayan di desanya masih bergantung pada cuaca dan rezeki. Jika cuaca (air pasang) bagus, dan memang sedang rezeki, biasanya tangkapan-tangkapan besar itu bernilai lumayan. Namun ada juga hari dimana para nelayan harus libur karena cuaca buruk, hasil tangkapan yang sedikit, hingga harga ikan/kepiting yang terjun bebas. Problem sulitnya mendapat Solar, bahan bakar untuk perahu motor juga masih menjadi tantangan para nelayan di desanya. "Untuk sekali berlayar, pulang-pergi minimal siapkan solar 2-3 Liter, per liter harganya Rp.10.000,-. Jadi sebelum melaut, kita harus siap modal (untuk membeli solar) dulu," tuturnya.
 
Program Kampung Berseri Astra dan Titik Balik Kehidupan Keluarga Nelayan di Desa Pantai Cermin Kanan
 
Pak Zul mengakui, dengan terpilihnya Desa Pantai Cermin Kanan sebagai bagian dari program Kampung Berseri Astra (KBA), para keluarga nelayan saat ini menjadi sangat terbantu karena tak hanya mengandalkan "satu periuk". Artinya, yang selama ini ekonomi masyarakat sekitar hanya terpaku pada hasil tangkapan laut, kini mulai melirik sumber-sumber penghasilan lain yang bisa menopang kesejahteraan keluarganya. Salah satunya dengan memanfaatkan sumber daya alam yang banyak tersebar di sekitar kawasan Pantai Cermin, yaitu tumbuhan Pandan Duri (Pandanus tectorius). Melanjutkan kembali tradisi Menganyam Pandan di tangan para perempuan Pantai Cermin Kanan, ternyata menjadi cercah cahaya yang membuka deras pintu rezeki bagi banyak keluarga nelayan di desanya.
Postingan Instagram @mendaygalleryandsouvenir
Eva Harlia, perempuan pendiri Kelompok Perempuan Kanan Kreatif (KPKK) yang menjadi pengelola Menday Gallery & Souvenir, membuktikan itu. Memanfaatkan keterampilan menganyam pandan yang diwariskan secara turun temurun kepada para perempuan di desanya, Eva bersama ibu-ibu lainnya menjadikan warisan budaya ini sebagai bisnis yang menjanjikan. Tak cuma bisa menembus pasar lokal, produknya bahkan sudah merambah pasar internasional.
 
Bertempat di Dusun III, Desa Pantai Cermin Kanan, Eva bersama ibu-ibu lainnya setiap hari disibukkan dengan pengolahan bahan baku pandan, proses produksi menjadi barang kerajinan, hingga pemasaran digital produk UMKM ini. Tak tanggung-tanggung, permintaan datang bukan hanya skala nasional, namun melonjak dari luar negeri seperti Singapura, Malaysia, bahkan ke Eropa.
 
Berfoto dengan anyaman di Menday Gallery & Souvenir
Dengan memanfaatkan KBA sebagai program Kontribusi Sosial Berkelanjutan dari Astra, Eva Harlia bersama ibu-ibu lainnya memaksimalkan pilar kewirausahaan di bidang kerajinan anyaman pandan ini. "Tradisi menganyam ini sudah dari dulu diwariskan oleh nenek moyang kami. Bahkan dahulu, seorang perempuan yang hendak menikah, diwajibkan punya tikar anyaman sendiri untuk dibawa ke rumah barunya nanti. Maksudnya supaya menjadi bekal berumah tangga. Ternyata filosofi itu masih sejalan hingga sekarang, dimana keterampilan ini menjadi potensi sumber rezeki penghasilan keluarga di rumah," kata Eva.
 

Hal ini dibenarkan oleh ibu-ibu pengrajin lainnya yaitu Ibu Nila dan Ibu Imah. Mereka mengakui kalau selama ini pekerjaan menganyam pandan berdampak besar bagi ekonomi keluarganya. "Ya lumayan sekali, saya di sini bisa dapat upah UMR. Dalam sebulan, pesanan terus datang sampai-sampai kami kadang kewalahan dan bersyukur sekali. Saya bisa bantu menambah uang belanja, buat jajan anak-anak sekolah, buat beli keperluan saya sendiri, dan sisanya saya tabung. Senangnya pekerjaan menganyam ini bisa dikerjakan dari rumah, kita tak perlu kesana kemari karena bahan bakunya semua ada disini," sebut Nila.
 
Daun Pandan Duri yang sudah dibuang durinya, dijemur dan dikeringkan untuk jadi bahan baku anyaman
Nila mengakui, rata-rata yang bekerja menjadi penganyam pandan ini ibu-ibu berusia lanjut seperti dirinya, yang tidak punya ijazah tinggi dan sulit meninggalkan rumah. "Kalau yang muda-muda sekarang mana lah lagi mau bekerja kasar ini. Menganyam pandan ini bukan mudah, pertama kita beli dulu pandan sepohon-pohonnya di ladang penjual. Kemudian pandan ini dibuang durinya, dijemur, dikeringkan, kemudian direbus bersama pewarna, dikeringkan lagi, lalu kita ketuk-ketuk agar lembut sebelum bisa dianyam menjadi tikar besar. Satu gulung tikar ini nanti akan diproses produksi lagi, digunting, dijahit, sampai menjadi barang jadi. Jadi prosesnya panjang, silap-silap tangan pun bisa luka-luka," katanya sambil tertawa memamerkan ruas ibu jari dan jempol tangannya.
 
Berbagai produk yang dibuat dari kerajinan anyaman pandan
 Sebagai Ketua Pengelola Menday Gallery & Souvenir, Eva Harlia mengakui banyak tantangan saat mendirikan usahanya ini. "Saat baru mulai kita sudah banyak tantangan, namun sangat terbantu dengan adanya program Kampung Berseri Astra yang mengintegrasikan 4 pilar program yaitu Pendidikan, Kewirausahaan, Lingkungan dan Kesehatan. Tentunya tidak hanya kita (kaum ibu-ibu) yang di-upgrade skill-nya, namun juga mengokohkan ketahanan keluarga, hingga masyarakat luas. Sekarang yang dipikirkan Menday Gallery & Souvenir bukan hanya produksi saja, namun juga strategi marketing hingga bagaimana usaha ini bisa menjadi bisnis yang sustainable (berkelanjutan). Saya dan tim juga sedang mempersiapkan pengajuan HAKI untuk motif anyaman khas Pantai Cermin Kanan (Sergai) ini, karena motif kami unik dan akan menjadi ciri khas tersendiri," tutupnya.
Tas dan Berbagai Produk UMKM Menday Gallery & Souvenir
 
Tentang SATU Indonesia Awards
Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards merupakan wujud apresiasi Astra untuk generasi muda, baik individu maupun kelompok, yang memiliki kepeloporan dan melakukan perubahan untuk berbagi dengan masyarakat sekitarnya di bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi, serta satu kategori Kelompok yang mewakili lima bidang tersebut. Melalui program ini, Astra mendorong para anak muda yang terlibat dalam SATU Indonesia Awards untuk berkolaborasi dengan program unggulan Kampung Berseri Astra (KBA) dan Desa Sejahtera Astra (DSA). Diharapkan, mereka bisa memberikan dampak positif yang lebih besar dan kontribusi yang berkelanjutan pada usaha-usaha pembangunan di daerahnya.
 
Kampung Berseri Astra merupakan program pengembangan masyarakat berbasis komunitas yang mengintegrasikan inisiatif 4 pilar program kontribusi sosial berkelanjutan Astra yaitu kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan kewirausahaan, dalam satu komunitas kampung. Melalui program KBA ini masyarakat dan Astra dapat berkolaborasi untuk bersama mewujudkan wilayah yang bersih, sehat, cerdas dan produktif sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat di wilayahnya.
 
Pengembangan lebih lanjut KBA adalah Desa Sejahtera Astra (DSA) yang menjadi program kontribusi sosial Astra di bidang kewirausahaan berbasis kawasan. Program ini bekerja sama dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah, perguruan tinggi, komunitas, start-up, serta masyarakat desa dalam pengembangan ekonomi pedesaan berbasis potensi dan produk unggulan desa. Dalam program DSA terdapat pendampingan bagi masyarakat desa, mulai dari pelatihan, penguatan kelembagaan, bantuan prasarana, hingga fasilitasi akses permodalan dan pemasaran produk.
 
Ditulis oleh : Sakinah Annisa Mariz
 
Referensi :
https://id.wikipedia.org/wiki/Pandan_duri
https://www.desapantaicerminkanan.com/ 
https://www.satu-indonesia.com/kampungberseriastra/

1 comment

  1. Wah aku baru tahu kalau banyak sekali produk UMKM dari Menday Galery yang selalu diekspor ke luar negeri. Terutama tas, souvenir, sampai tikar dengan motif khas Sergai. Kalau kalian suka yang mana?

    ReplyDelete

Mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar. Terima kasih.

Literasi Digital